Istanbul (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu (30/11) mengonfirmasi bahwa ia telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, di tengah ketegangan terkait wilayah udara.
“Saya tidak ingin mengomentarinya. Jawabannya adalah ya,” kata Trump kepada para wartawan di atas pesawat Air Force One saat kembali ke Washington, DC dari Mar-a-Lago di Florida, tempat ia menghabiskan liburan Thanksgiving.
Kendati demikian, Trump menolak memberikan detail lebih lanjut mengenai isi pembicaraannya dengan Maduro.
“Saya tidak akan mengatakan apakah itu berlangsung baik atau buruk,” ucap pemimpin AS itu lebih lanjut.
Trump menuturkan pula bahwa Amerika Serikat menganggap Venezuela bukan sebagai negara yang sangat bersahabat.
“Mereka mengirim jutaan orang, dan banyak dari mereka seharusnya tidak berada di negara kami, dari narapidana, anggota geng, hingga pengedar narkoba,” ujar Trump.
Ketika ditanya apakah peringatannya baru-baru ini tentang wilayah udara Venezuela berarti serangan udara akan segera dilakukan, Trump menjawab: “Jangan mengartikan apa pun dari itu.”
The New York Times, dengan mengutip beberapa sumber, telah melaporkan pada Jumat (28/11) bahwa kedua pemimpin itu berbicara lewat telepon pada pekan lalu sekaligus membahas kemungkinan pertemuan.
Konfirmasi pembicaraan telepon antara kedua pemimpin tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas, dengan Trump baru-baru ini menyatakan bahwa wilayah udara Venezuela akan “ditutup sepenuhnya.”
Venezuela mengecam pernyataan itu dan menuntut “penghormatan tanpa syarat” atas wilayah udaranya.
Komentar Trump tersebut muncul setelah Paman Sam memperluas operasi militer AS di seluruh Amerika Latin setelah berbulan-bulan.
Negara adidaya itu mengerahkan Marinir, kapal perang, jet tempur dan pembom, kapal selam, serta drone di tengah spekulasi bahwa Washington dapat melancarkan serangan terhadap Venezuela.
Trump juga telah mengumumkan pada Kamis (27/11) bahwa AS "akan segera" bertindak terhadap para pengedar narkoba Venezuela, menyusul 21 serangan militer di laut sejak September yang menewaskan sedikitnya 83 orang.
Adapun Venezuela pada Minggu telah meminta dukungan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara anggota organisasi tersebugt untuk bekerja sama melawan “agresi” AS.
Dukungan tersebut dilontarkan usai Maduro mengeklaim bahwa Washington mengancam akan merebut cadangan minyak besar negara Amerika Latin itu melalui kekuatan militer.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Maduro siapkan langkah khusus saat AS ancam blokir wilayah udara
Baca juga: Trump ancam Maduro gunakan kekuatan militer jika tidak undurkan diri
Baca juga: Petro: Perilaku AS di Karibia dipicu keinginan kuasai minyak Venezuela
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
.png)





















