Suhendra meminta guru matematika menyajikan materi matematika dengan cara yang menarik dan mudah dipahami siswa.
4 Desember 2025 | 15.01 WIB
Guru besar bidang ilmu pembelajaran matematika produktif Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Suhendra prihatin soal nilai tes kemampuan akademik matematika di kalangan pelajar sekolah menengah atas sederajat yang disebut jeblok oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti. Dari sekian banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan matematika, menurutnya, guru menjadi elemen yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika.
“Di tangan guru matematika yang kreatif, inovatif, dan inspiratif, keterbatasan yang ada dapat diatasi dan diantisipasi dengan baik,” katanya kepada Tempo, Kamis 4 Desember 2025.
Guru yang mengajarkan matematika pada jenjang apa pun termasuk pendidikan anak usia dini, menurutnya harus menguasai materi matematika dengan baik. Selain itu, guru harus bisa menyajikan matematika yang mudah dipahami dan menarik untuk dikuasai. Guru, lanjut Suhendra, harus ramah dan menyenangkan agar para siswa tidak takut menyampaikan pendapat, tidak khawatir melakukan kekeliruan, dan tidak patah arang ketika menghadapi kegagalan. Para guru matematika pun harus senantiasa mau belajar karena akan selalu ada hal yang baru. “Karena guru yang tidak pernah maubelajar sejatinya tidak berhak mengajar,” ujarnya.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Masalah nilai matematika yang kurang bagus di kalangan pelajar menurutnya fenomena yang telah berlangsung lama. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Namun sebagian negara, terutama negara maju, kata Suhendra, menyadari masalah pelajaran matematika tidak boleh dibiarkan berlarut karena bisa berdampak luas. Hal yang belum dipahami sepenuhnya oleh masyarakat khususnya para siswa dan guru bahwa matematika bukan hanya tentang berhitung. “Melainkan suatu cara yang memandu untuk berpikir dan bertindak logis, kritis, dan sistematis,” kata Suhendra.
Menurutnya, matematika merupakan bidang studi yang tidak mudah dan menantang. “Tidak mudah karena gagasan matematika bersifat abstrak, sementara sebagian peserta didik masih dalam tahapan berpikir kongkrit,” ujarnya.
Suhendra mengusulkan guru matematika agar dapat menyajikan materi matematika dengan memperhatikan aspek kualitas intelektual dan bisa mengaitkan dengan bidang lain atau aktivitas keseharian. Guru juga perlu mempertimbangkan keragaman siswa dan potensi intelektualnya masing-masing, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
Sebelumnya diberitakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggelar tes kemampuan akademik (TKA) bagi kalangan pelajar SMA sederajat pada 3-9 November 2025 dengan jumlah pendaftar lebih dari 3,5 juta siswa. Hasilnya menurut Menteri Abdul Mu’ti nilai matematika siswa jeblok.
Guru besar matematika Universitas Padjadjaran Budi Nurani Ruchjana mengatakan soal tes kemampuan akademik matematika menguji kemampuan siswa dalam menerjemahkan masalah pada soal menjadi suatu model berupa persamaan matematika.
“Ini yang sepertinya menjadi masalah, siswa perlu diberikan latihan yang lebih banyak berupa pengayaan materi matematika dalam masalah sederhana pada kehidupan sehari-hari,” katanya kepada Tempo, Kamis 4 Desember 2025.
Di sisi lain guru matematika diminta menyelesaikan kurikulum yang padat dengan waktu terbatas, ditambah tugas administrasi yang juga banyak. Kondisi itu menurut Budi berpotensi membuat penyampaian materi pelajaran tidak sampai mendalam. Sedangkan siswa menurutnya juga cukup terbebani dengan materi pelajaran yang banyak serta kegiatan ekstra kurikuler dan ko-kurikuler.
Solusinya, kata Budi, dengan menerapkan pembelajaran matematika yang mendalam dengan strategi yang tepat, seperti kesiapan guru, kurikulum yang fleksibel, akses teknologi, dan evaluasi pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam bidang matematika untuk sekolah dan pendidikan tinggi adalah dengan pendekatan etnomatematika.
“Etnomatematika dapat diinterpretasikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya,” katanya. Pendekatan itu menjadikan materi matematika tidak menakutkan bagi para siswa karena digali dari budaya sesuai kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
.png)
1 day ago
3





















