Liputan6.com, Jakarta - Film "Pengepungan di Bukit Duri" mencapai prestasi luar biasa di Festival Film Indonesia (FFI) 2025 setelah berhasil meraih lima Piala Citra sekaligus. Pencapaian ini menjadikannya sebagai peraih penghargaan terbanyak tahun ini yang menunjukkan kualitas film karya Joko Anwar dalam berbagai aspek produksi.
"Pengepungan di Bukit Duri" memperlihatkan Indonesia pada tahun 2027 sebagai sebuah negara distopia yang hancur akibat sejarah kekerasan. Jakarta terlihat berantakan, dipenuhi dengan tulisan kebencian dan tindakan kekerasan di jalan. Ceritanya berpusat pada Edwin (Morgan Oey), seorang guru seni keturunan Tionghoa yang menjalani hidup dengan penuh kewaspadaan sambil mencari keponakannya yang telah lama menghilang.
Film ini memenangkan lima kategori: Penata Rias Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Penata Efek Visual Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, dan Penata Musik Terbaik. Dominasi dalam kategori ini menunjukkan kekuatan film dari sisi teknis maupun penjiwaan karakternya.
Dengan memenangkan penghargaan, "Pengepungan di Bukit Duri" menegaskan tempatnya sebagai salah satu film Indonesia yang paling berpengaruh di tahun 2025.
Jejak di Balik Rias dan Akting
Penghargaan untuk Penata Rias Terbaik diberikan kepada Novie Ariyanti, yang berhasil membuat tampilan karakter di dalam film terasa lebih hidup dan nyata. Piala Citra yang ia terima ini menjadi bukti bahwa kemampuan dan konsistensinya di bidang rias.
Sementara itu, Omara Esteghlal berhasil mencuri perhatian ketika menerima penghargaan Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Perannya sebagai Jefri memperlihatkan karakter yang tumbuh dari kekerasan dan diskriminasi sehingga menjadi refleksi sosial yang kuat dalam film ini.
“Aku sangat bersyukur bisa bahkan satu nominasi dengan orang-orang yang aku idolakan. Semoga negara majemuk ini bebas dari diskriminasi ras, suku, maupun agama,” ujarnya.
Visual yang Bercerita, Musik yang Mengikat
Ketelitian teknis dalam film ini mendapatkan pengakuan luar biasa lewat kemenangan tim VFX yang terdiri dari Abby Eldipie, Kalvin Irawan, Canary Studio, LMN Studio, GajaFX, dan NO3G Visual Effects. Dengan ungkapan hangat, rasa terima kasih dipersembahkan untuk semua rekan kerja yang berkontribusi di belakang layar yang memastikan setiap detail adegan terlihat kuat di layar.
Di kategori Pengarah Sinematografi Terbaik, Ical Tanjung, I.C.S berhasil menciptakan visual yang kaya akan ketegangan dan emosi. Pengaturan cahaya dan komposisi gambar membuat dunia film terasa hidup sekaligus menekan. “Saya harap industri kita bisa bekerja lebih sehat dan lebih kreatif,” ujarnya sebagai penutup.
Hadirnya musik yang ditangani oleh Aghi Narottama di film ini berhasil meraih kategori Penata Musik Terbaik. Lapisan emosional di setiap lagu membuat alur cerita agar tetap konsisten.
Komposisinya memberikan ruang bagi ketegangan, kesedihan, dan harapan bergerak secara alami, sehingga memperkuat suasana distopia yang tercipta dalam film. Sentuhan nada yang dihasilkan menjadikan Pengepungan di Bukit Duri bukan hanya cerita visual, tetapi pengalaman emosional yang menyatu dari awal hingga akhir.
Kemenangan yang Menyisakan Harapan
Dari sisi visual hingga musiknya, keberhasilan film Pengepungan di Bukit Duri menunjukkan betapa banyak orang terlibat dalam membuat sebuah film yang berkualitas. Setiap bagian bekerja sama untuk menciptakan suasana cerita yang kuat, dan kesuksesan mereka di FFI 2025 menjadi bukti.
Dengan keberhasilan ini, Pengepungan di Bukit Duri tidak hanya menang di penghargaan, tetapi juga mendapatkan tempat penting dalam pencapaian perfilman nasional tahun ini.
.png)
2 weeks ago
12
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435234/original/080740600_1765012433-Screenshot_2025-12-06_160318.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435247/original/007916500_1765013738-James_Cameron_0.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435217/original/057652900_1765012204-Screenshot_2025-12-06_145909.png)


















